Oleh Ariesta Indriawati, SPd ---Guru Mapel IPA MTs Negeri Majenang----
Ariesta Indriawati |
Dalam kehidupan sehari – hari seringkali kita mendengar slogan “ Hidup adalah perjuangan”. Hampir di setiap aktivitas selalu ada saja hambatan dan rintangan yang senantiasa menghadang , itulah hidup , kita harus berjuang untuk mampu melewati segala hambatan dan rintangan tersebut supaya kita menjadi orang yang kuat. Lalu bagaimana dengan anak- anak kita ,bagaimana kita membimbing mereka menjadi anak yang kuat dan tangguh sehingga merekapun mampu melewati segala hambatan dan rintangan yang mereka hadapi.
Ada sebuah cerita tentang pelajaran dari seekor kupu – kupu yang kami ambil dari hasil workshop teman – teman kami di LPMP Jawa Tengah, berikut petikan ceritanya “ Suatu hari , pada saat sebuah lubang kecil timbul di suatu kepompong, seorang pria duduk dan memperhatikan bagaimana seekor bayi kupu-kupu selama berjam-jam berjuang untuk memaksa mengeluarkan badannya melalui lubang tersebut. Akan tetapi kemudian, proses tersebut berhenti tanpa ada kemajuan lebih lanjut . Tampaknya sudah sekuat tenaga dan bayi kupu – kupu tidak bisa bergerak lebih jauh lagi. Sehingga akhirnya sang lelaki tersebut memutuskan untuk menolong kupu-kupu tersebut, diambilnya sebuah gunting untuk membuka kepompong tersebut. Dan kupu-kupu tersebut akhirnya keluar dengan mudah walau dengan tubuh yang lemah, kecil dan sayap yang mengkerut. Sang lelaki terus mengamatinya dengan berharap bahwa suatu saat sayapnya akan terbuka , membesar dan berkembang agar bisa menyangga tubuhnya dan menjadi kuat.
Tetapi ternyata tidak terjadi apa-apa dan kupu-kupu tersebut menghabiskan sisa waktu hidupnya dengan merangkak beserta tubuhnya yang lemah dan sayap yang mengkerut, tidak pernah bisa terbang. Lelaki baik dan penolong ini tidak mengerti bahwa kepompong yang menjerat maupun perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk dapat lolos melewati lubang kecil adalah cara Allah SWT untuk mendorong cairan tubuh dari kupu-kupu ke sayapnya agar kuat dan siap untuk terbang sewaktu-waktu setelah bebas dari kepompongnya nanti”.
Dari cerita tersebut dapat kita pahami bahwa perjuangan mutlak dibutuhkan dalam hidup, berbagai kemudahan yang kita berikan pada anak ataupun peserta didik kita justru membuat mereka menjadi lemah. Fenomena yang sering kita amati di lingkungan rumah atau sekolah adalah banyaknya anak – anak sekolah yang difasilitasi dengan berbagai sarana yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Misalnya untuk pulang pergi ke sekolah anak diberi fasilitas sepeda motor , padahal usia mereka belum genap 17 tahun. Tujuan orang tua memfasilitasi sepeda motor tersebut sebenarnya baik yaitu memberi kemudahan pada anak supaya tidak terlalu lelah menunggu angkot atau berjalan kaki. Tetapi orang tua kurang menyadari bahwa dengan berbagai fasilitas yang memudahkan tersebut menjadi anak – anak mereka tidak dibiasakan belajar berjuang.
Akibat kemajuan teknologi tidak sedikit anak yang justru terjebak pada dampak buruk kemajuan IPTEK tersebut. Mereka belum mampu memanfaatkan teknologi untuk hal – hal yang positif . Pemanfaatan internet dan facebook yang tidak tepat menjadikan anak- anak didik kita menjadi pasif, kurang bersosialisasi, dan enggan melakukan aktivitas lain karena terlalu asyik dengan kegiatan internetan atau face booknya. Mereka menjadi kurang realistik dan tidak terbiasa menghadapi tantangan. Tanpa disadari mereka tumbuh menjadi anak-anak yang tidak gagap teknologi tetapi lemah secara fisik dan mental. Secara fisik duduk berjam-jam di depan computer, laptop atau HP jelas tidak sehat karena aktivitas tubuhnya sedikit lain jika anak-anak kita rajin berolah raga bersama misalnya volley atau olah raga lain jelas aktivitas tubuh lebih banyak dan ini menyehatkan. Selain menyehatkan kegiatan olah raga juga lebih mendidik karena dengan olah raga bersama anak-anak juga dilatih belajar bekerja sama dan berjuang meraih kemenangan. Sebagai orang tua , kita juga tidak menginginkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang gaptek tetapi kita wajib memantau dan mengarahkan anak-anak kita dalam aktivitasnya sehari-hari. Kita harus pandai membimbing mereka bagaimana membagi waktu dengan baik agar seluruh aktivitasnya digunakan untuk hal-hal yang positif dan anak memiliki semangat juang yang tinggi dan motivasi untuk senantiasa menjadi yang terbaik bagi kehidupannya.
Penanaman semangat juang pada anak merupakan kewajiban kita sebagai orang tua karena kita berharap anak-anak kita kelak mampu menjadi anak-anak yang kuat , tangguh dan mandiri. Mereka mampu menghadapi segala kesulitan hidup dan mampu menerima segala cobaan hidup dengan tabah dan tawakkal sehingga kitapun sebagai orang tua wajib menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak supaya anak kita pun menjadi anak yang kuat secara fisik dan mental.
Seekor ulat untuk bisa berubah menjadi kupu-kupu perlu berjuang sekuat tenaga dalam melewati tahapan-tahapan metamorphosis yang harus dilaluinya mulai dari telur berubah jadi ulat kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi seekor kupu-kupu.
Selain orang tua, guru atau pendidik juga memiliki kewajiban yang sama dalam menanamkan semangat juang pada peserta didik. Dalam kurikulum pendidikan dikenal istilah pendidikan karakter. Walaupun secara tersurat tidak ada penegasan jelas bahwa kita wajib menanamkan semangat juang pada peserta didik tetapi secara tersirat itu merupakan tugas bersama guru dalam pembentukan kepribadian peserta didik agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tangguh, jujur dan mandiri.
Sebagai seorang pendidik, guru wajib membiasakan anak bersikap jujur dan bertanggung jawab. Tugas – tugas yang diberikan pada peserta didik tidak dapat dinilai hanya dengan melihat hasil akhirnya saja tetapi bagaimana tahapan proses penyelesaian tugas tersebut dilaksanakan. Apakah anak menyelesaikan sendiri tugasnya tanpa mencontek temannya, apakah anak tersebut menyelesaikan tugas itu sendiri atau dikerjakan oleh orang lain. Dari sini seorang guru harus mampu memberi penghargaan pada peserta didiknya yang menyelesaikan tugas-tugasnya dengan jujur dan dengan perjuangannya sendiri sehingga kita dapat menilai pendidikan karakter anak dalam dimensi kejujuran dan semangat juangnya.
Penanaman semangat juang pada peserta didik di sekolah dapat juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, PKS, pecinta alam dan kegiatan lain seperti out bond. Kegiatan out bond misalnya dapat melatih anak dalam meningkatkan kemampuan bekerjasama, rasa percaya diri, tanggung jawab, berani dan membangun semangat juang yang tinggi untuk mampu melewati segala rintangan yang dihadapinya.
Bangsa kita membutuhkan kader- kader bangsa yang kuat, tangguh dan mandiri sehingga selamanya kita tak pernah terjajah lagi oleh bangsa manapun juga. Merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai orang tua untuk senantiasa memberikan bimbingan yang tepat dalam mengarahkan anak-anak kita agar menjadi kader bangsa yang senantiasa membela bangsanya dengan kekuatan dan ketangguhannya karena mereka senantiasa memiliki semangat juang yang tinggi demi kebesaran bangsanya.
0 komentar:
Posting Komentar