Oleh Darul Rahmadi, S.Pd ----Guru Matematika MTs Negeri Majenang-----
Darul Rahmadi |
Seperti jamur di musim hujan, banyak di kota-kota sekarang tumbuh Bimbel (Bimbingan Belajar). Fenomena ini terjadi karena mereka para orang tua dan siswa fobia tidak berhasil dalam menempuh ujian nasional atau mendapat predikat tidak lulus. Sebenarnya fobia ini dapat dihilangkan dengan berbagai cara, diantarannya tentu saja pengaruh yang datang pada diri anak sendiri yang dikenal dengan faktor intern dan juga tidak terlepas dari pengaruh yang kedua yaitu bimbingan dari pendidik dalam hal ini guru sebagai faktor Ekstern.
Kenapa anak tidak berhasil ……………………………….?
Ketidakberhasilan anak ini banyak disebabkan karena anak tidak terbiasa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat di sekolahan. Anak datang dari rumah ke sekolah, akan tetapi di sekolah mereka tidak konsen akan apa yang didapat. Anak bertemu dengan teman-teman itu hal yang terpenting, sehingga terlupakan tujuan pokok mereka. Sebenarnya jika anak sadar akan eksistensi mereka di sekolah, mereka akan dengan ikhlas mengamalkan ilmu yang didapat demi keberhasilan yang akan datang.
Mereka merasa jemu dengan keadaan di sekolah, dan merasa tidak bisa, sulit menerima ilmu di sekolah. Mereka tidak sadar sebenarnya semua ilmu itu dapat dengan mudah dipelajari asal mau berusaha, sebab bisa itu karena terbiasa.
Coba jika kita amati kejadian demi kejadian di lingkungan kita………
Kenapa anak seusia 5 - 6 tahun biasa berbahasa Inggris, bisa berbahasa Arab, bisa berbahasa Indonesia, bahasa Sunda ataupun bahasa Jawa ?
Anak usia 5 – 6 tahun bisa berbahasa Inggris tentu saja karena kebiasaan mereka tiap hari berbahasa Inggris. Anak usia 5 – 6 tahun bisa berbahasa Indonesia tentu saja karena kebiasaan mereka tiap hari berbahasa Indonesia.
Ada seorang guru wiyata bhakti di suatu daerah punya keinginan menjadi PNS. Sementara di daerahnya tidak ada formasi untuk jurusan dia. Karena dia ingin sekali menjadi PNS maka dia mendaftar di daerah lain yang kesempatannya lebih besar padahal dia belum pernah menjamah daerah tersebut. Pertama bermodal keinginan dan kemauan maka pergilah dia untuk mendaftar di tempat yang telah ditentukan dan akhirnya dengan susah payah ketemu juga tempat yang dituju, pengetahuan yang kedua didapat dari ikut tes seleksi, sedikit faham akhirnya. Puncaknya dia diterima menjadi PNS bermodal dua pengalaman sebelumnya dicari tempat dia ditugaskan akhirnya dengan mudah ketemu juga tempat yang dituju walaupun kemungkinan waktu tempuhnya terlalu lama. Pengalaman demi pengalaman yang didapat akhirnya ditemukan jalan tercepat untuk menempuh daerah kerja yang baru.
Pengalaman ini dapat kita pahami bahwa seseorang akan sukses ke tempat tujuan harus bermodal keinginan, kemauan, dan akhirnya kebiasaan. Dengan ketiga modal utama tersebut. satu tujuan akan dapat dicapai dengan berbagai jalan. Inilah faktor intern berperanan penting. Seseorang akan menyelesaikan suatu soal dalam hal ini soal matematika dengan konsep yang telah didapat akan dapat diselesaikan dengan banyak cara. Tidak hanya tergantung pada cara yang telah diberikan oleh guru saja. Semakin banyak mereka latihan mengerjakan soal maka akan semakin banyak pengalaman yang didapat, pada akhirnya dengan mudah cara lain dan cara tercepat akan didapat. Itulah makna bisa karena terbiasa.
Tidak kalah pentingnya juga faktor ekstern akan mempengaruhi proses keberhasilan para peserta didik. Mereka akan berhasil jika yang pertama senang terhadap mata pelajarannya kemudian dengan menyenangi mata pelajaran akan menyenangi gurunya. Atau bahkan faktor tersebut bisa terbalik 180 derajat yaitu mereka menyenangi gurunya terlebih dahulu baru menyenangi mata pelajaran. Hal ini dapat terjadi jika guru dalam memberi materi menggunakan berbagai macam metode dan sarana yang tepat sesuai dengan kompetensi. Seusia anak sekolah lebih senang dan tertarik jika mereka diberi hadiah atau stimulus berupa reward apapun bentuknya. Contoh dalam hal ini kami sebagai guru matematika kelas IX tahun pelajaran 2010/2011 di MTs Negeri Majenang Kabupaten Cilacap memberi reward kepada siswa sejak awal semester pertama berupa piala sebanyak 15 piala. Piala ini akan diberikan kepada 4 siswa yang mendapat nilai matematika UN tertinggi di masing-masing kelas sebanyak 3 kelas dari 5 kelas dan tiga piala lagi diberikan kepada juara kelas dimana kami sebagai wali kelas. Tidak menutup kemungkinan juga nilai UN yang tertinggi didapat oleh siswa yang notabenenya anak yang mempunyai prestasi pas-pasan. Akan tetapi sudah menjadi kesepakatan dari awal jika terjadi semacam itu maka setelah pengumuman akan dipertarungkan lagi mereka dengan mengerjakan soal, tentu saja bukan soal UN yang sebelumnya.
Secara materi dan segi keuangan piala ini diambil dari mana? Tentu saja berkat program pemerintah yang berupa Tunjangan Guru Profesional melalui Sertifikasi. Sedikit akan tetapi bagi siswa akan sangat berharga sekali. Apalagi masih nanti ditambah dari pihak sekolah dan bahkan dari guru mata pelajaran lain yang juga membari reward, tentu saja perasaan akan semakin bangga bagi mereka yang memperolehnya.
Peserta didik akan berhasil jika mau membiasakan diri untuk belajar yang didukung pengalaman pendidik dalam mengajar dengan berbagai metode-metode diterapkan dan ditemukan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Tidak kalah penting juga reward yang diberikan akan memberi dorongan semangat belajar mereka untuk membiasakan diri belajar agar bisa dan berhasil.
Ingatlah .......
" BISA ITU KARENA TERBIASA "
" ANDA TIDAK BISA, ANDA PERLU MENCOBA,
" ANDA TIDAK BISA, ANDA PERLU MENCOBA,
" ANDA TIDAK BISA, JANGAN PUTUS ASA,
" JALAN PASTI DI DEPAN MATA.
0 komentar:
Posting Komentar